Selasa, 14 November 2017

10:30:12 AM

Webmail    Kontak Kami    E-Panel

Workshop Keterpaduan Program Kelanjutusiaan dalam Rangka Hari Lanjut Usia Nasional 2018

Berita Nasional    4 tahun yang lalu   
Noviyanto Rahmadi    1036 Kali

Sumber Foto: BKKBN Nasional

Jakarta (14/05/2018) - Plt Kepala BKKBN yang diwakili oleh Sekretaris Utama BKKBN Nofrijal menjelaskan pada Pembukaan Workshop Keterpaduan Program Kelanjutusiaan dalam Rangka Hari Lanjut Usia Nasional 2018 dan Rangkaian Hari Keluarga Nasional XXV yang memiliki tema “Lansia sejahtera, masyarakat bahagia”. Dari tema tersebut maka diambil sub tema “Mari Peduli Lansia menuju Lansia Sejahtera dan bermartabat”. Ini sangat berkaitan dengan tugas BKKBN untuk menggarap keluarga, diantaranya keluarga yang memiliki lansia agar lansianya tetap eksis dalam karya nyata untuk membawa perubahan-perubahan kearah yang lebih baik bagi kemajuan bangsa dan Negara. Walaupun kita tahu fase menjadi lanjut usia kualitas hidupnya mengalami penurunan baik dari sisi fisik maupun mental yang mengakibatkan produktifitasnya juga menurun. Namun disisi lain Lansia itu telah melalui perjalanan hidup yang panjang serta memiliki pengetahuan, pengalaman yang luas dan kearifan yang semua itu dapat dimanfaatkan untuk membuat karya nyata dalam pembangunan nasional. Harapan Nofrijal pada momentum ini dapat membuka nurani keluarga dan masyarakat Indonesia untuk lebih memberikan perhatian terhadap lansia.

Isu penduduk lanjut usia terutama di Negara-negara berkembang khususnya penduduk Indonesia, seperti yang kita tahu bahwa di tahun 1970 jumlah  penduduk lansia di Indonesia baru sekitar 5,3 juta jiwa atau 4,48%, tahun 1990 berkembang menjadi 12,7 juta jiwa atau 6,29%, tahun 2010 mencapai 18 juta jiwa (7,6%). Dan tahun 2020 diproyeksikan menjadi 28,8 juta jiwa (11,34%).  Peningkatan jumlah penduduk lansia di Indonesia setiap tahunnya meningkat secara drastis. Oleh karena itu perlu perhatian khusus terhadap lansia. 

Keberadaan lansia sering dikatakan beban dalam keluarga yang pada akhirnya mereka kurang mendapat perhatian. Peran keluarga sangat menentukan terbentuknya lansia tangguh. Keluarga bukan hanya wadah untuk tempat berkumpulnya ayah, ibu, anak dan nenek kakeknya, namun merupakan wahana awal pembentukan spiritual, moral serta  karakter manusia dalam membentuk Keluarga Sejahtera. Di dalam Keluargalah kita saling menghormati, saling menghargai baik sesama anggota keluarga itu sendiri maupun antara keluarga yang satu dengan yang lain, sehingga dapat melahirkan keluarga dan masyarakat serta lansia yang berkepribadian dan bermoral tinggi dengan tidak meninggalkan nilai-nilai sosial budaya bangsa Indonesia untuk bersama-sama membangun negara yang penuh kedamaian, ujar Nofrijal.

Untuk mewujudkan LANSIA TANGGUH di dalam keluarga-keluarga Indonesia, diperlukan upaya sejak dini. Mewujudkan LANSIA TANGGUH harus dipersiapkan sejak masa kehamilan. Ibu-ibu yang hamil, harus diberikan makanan dan gizi seimbang agar pertumbuhan janin optimal, serta  pemeriksaan kehamilan harus juga intensif. Ketika bayi lahir,  juga harus dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Sebagai salah satu lembaga pemerintah yang menangani urusan tumbuh kembang anak-anak Indonesia, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah mengembangkan Program Pembangunan Keluarga. Hal ini sesuai dengan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang menetapkan bahwa kebijakan pembangunan keluarga dilaksanakan melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan delapan fungsi keluarga secara optimal. 

Keluarga didukung untuk memberikan perhatian pada 1000 hari pertama kehidupan anaknya yakni sejak janin, bayi, hingga anak berusia dua tahun. Keluarga harus memberikan kebutuhan kesehatan, kasih sayang, cinta dan pendidikan yang sebaik-baiknya. Keluarga-keluarga yang ingin mempunyai ketrampilan dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak secara sempurna dan seimbang dapat mengikuti kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) yang akan membentuk keluarga-keluarga di Indonesia menjadi “Orangtua Hebat”.

Ketika anak telah memasuki usia remaja, keluarga harus dapat membina dan melindungi anak remajanya dari bahaya napza, terbebas dari perbuatan yang melanggar norma-norma dan agama yaitu seks pra-nikah serta mencegah dari penularan HIV/AIDS. Program “Generasi Berencana atau GENRE” yang dikembangkan di sekolah-sekolah yaitu Pusat Informasi dan Konseling (PIK) remaja di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk memberdayakan keluarga yang punya anak remaja agar dapat membangun komunikasi yang baik dengan anak remajanya dan mengetahui cara yang baik dalam membentuk “Generasi Emas” maka keluarga dapat mengikuti kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR), imbuh Nofrijal.

Dalam meningkatkan fungsi keluarga dalam memberdayakan lansia agar tetap sehat dan produktif serta menjadi “Lansia Tangguh”, BKKBN mengembangkan kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) yang saat ini telah berkembang disebagian besar kecamatan. Untuk pelayanan keluarga dalam memperoleh semua informasi tentang perencanaan dan pembinaan keluarga dikembangkan Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera di seluruh Indonesia yang tersebar  di seluruh Indonesia. Selain itu untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga  maka kegiatan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi keluarga dalam melaksanakan fungsi ekonomi. Dengan kesejahteraan yang baik maka keluarga akan mampu meningkatkan keharmonisan dalam keluarga dan menjamin masa depan anak-anaknya dengan baik. Saat ini telah dikembangkan UPPKS di berbagai desa yang dipersiapkan menjadi kelompok usaha kecil dan selanjutnya akan mendapat pembinaan dari berbagai sektor terkait  dengan pengembangan pemodalan dan kewirausahaan, tegas Nofrijal.

Lansia, sebagai golongan yang telah memiliki pengalaman hidup diharapkan bisa membagi pengalaman hidup untuk generasi muda. Lansia diharapkan menjadi salah satu motor penggerak Gerakan perubahan mental di keluarga masing-masing. Lansia tidak hanya dipandang sebagai manusia yang menjadi beban keluarga atau beban pembangunan, sudah saatnya lansia menjadi pemimpin utama dalam memberikan nasihat dan himbauan agar anak cucu mereka melakukan perubahan yang fundamental, yaitu perubahan mental. Menjadikan lansia sejahtera lahir dan batin bukan tugas dan tanggung jawab pemerintah saja melainkan juga tanggung jawab institusi masyarakat termasuk organisasi sosial, organisasi profesi, akademi, mitra kerja dan masyarakat. Peran mitra kerja dalam meningkatkan kualitas keluarga yang memiliki lansia dan lansianya dapat menjadi daya ungkit dalam upaya meningkatkan ketahanan keluarga, tutup Nofrijal. (HUMAS)


TINGGALKAN KOMENTAR